JAKARTA - Bahasa Inggris membawa nama Indonesia lebih dikenal di
dunia internasional. “Itu karena potensi yang dimiliki negeri ini dapat
dikomunikasikan dengan baik menggunakan bahasa internasional tersebut,”
kata Direktur Marketing English First Ignatius Untung.
Dia
mengatakan, Indonesia sempat malu karena pada sebuah acara
internasional, kontestan negeri ini yang potensinya bagus menjadi harus
tersingkir karena bahasa Inggrisnya buruk. “Padahal, bahasa Inggris bisa
membawa nama Indonesia lebih dikenal,” ujar Ignatius Untung di Jakarta,
Selasa (16/7).
Dalam sebuah penelitian, Untung mengemukakan, penetrasi penggunaan
bahasa Inggris dengan baik dan benar di Indonesia masih sangat rendah.
Persentasenya di bawah delapan persen
.
Selain itu, masih terdapat
anggapan masyarakat Indonesia yang berbicara bahasa Inggris dinilai
tidak nasionalis. Padahal, itu anggapan yang kurang benar.
“Indonesia
adalah negara berkembang sehingga masih harus mengikuti dunia
internasional yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional,” katanya.
Menurut dia, jika ditanya kepada anak-anak
Indonesia apa cita-cita mereka, kebanyakan ingin menjadi pilot, dokter,
dan sebagainya. “Semua profesi tersebut membutuhkan kemampuan bahasa
Inggris yang mumpuni sehingga mereka dapat lebih mengembangkan diri,”
tuturnya.
Dibandingkan dengan Cina, Indonesia lebih unggul dalam
hal kemampuan berbahasa Inggris meskipun secara umum belum sampai
tingkat yang cukup. Itu karena aksara Indonesia sama dengan Inggris.
Cina membutuhkan dua tahapan dalam pembelajaran, yaitu belajar aksaranya lebih dahulu, kemudian bahasanya.
“Selain
itu, secara kasat mata, bisa dilihat kalau kami pergi ke Cina agak
sulit berkomunikasi dalam bahasa Inggris, bahkan ketika kami tulis
alamat, terkadang sopir taksi juga belum paham,” ujarnya.
Untung
mengemukakan, tes yang dilakukan menunjukkan tiga negara yang dinilai
paling baik dalam berbahasa Inggris, yaitu Norwegia, Swedia, dan
Finlandia. “Berdasarkan tes global yang dilakukan pada negara-negara
yang bahasa pengantarnya bukan bahasa Inggris, ternyata Norwegia,
Swedia, dan Finlandia adalah yang terbaik pada 2012,” katanya.
Tiga
negara dengan kemampuan bahasa Inggris terbawah adalah negara-negara
Eropa yang tengah dilanda krisis ekonomi, yaitu Italia, Spanyol, dan
Yunani.
Jadi, kata dia, bisa disimpulkan bahwa ada hubungannya antara
kemampuan berbahasa Inggris dan daya saing satu bangsa. Artinya, kalau
satu bangsa bisa berbahasa Inggris, mereka bisa berkomunikasi dengan
bangsa lain sehingga perdagangannya tumbuh, pendidikannya tumbuh, dan
teknologinya berjalan.[Oksi juniartdi/net]
Sumber : Antara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar