Kamis, 18 Juli 2013

Penggunaan Bahasa Inggris Masih Rendah

JAKARTA - Bahasa Inggris membawa nama Indonesia lebih dikenal di dunia internasional. “Itu karena potensi yang dimiliki negeri ini dapat dikomunikasikan dengan baik menggunakan bahasa internasional tersebut,” kata Direktur Marketing English First Ignatius Untung.

Dia mengatakan, Indonesia sempat malu karena pada sebuah acara internasional, kontestan negeri ini yang potensinya bagus menjadi harus tersingkir karena bahasa Inggrisnya buruk. “Padahal, bahasa Inggris bisa membawa nama Indonesia lebih dikenal,” ujar Ignatius Untung di Jakarta, Selasa (16/7).
Dalam sebuah penelitian, Untung mengemukakan, penetrasi penggunaan bahasa Inggris dengan baik dan benar di Indonesia masih sangat rendah. Persentasenya di bawah delapan persen
.
Selain itu, masih terdapat anggapan masyarakat Indonesia yang berbicara bahasa Inggris dinilai tidak nasionalis. Padahal, itu anggapan yang kurang benar.

“Indonesia adalah negara berkembang sehingga masih harus mengikuti dunia internasional yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional,” katanya.
Menurut dia, jika ditanya kepada anak-anak Indonesia apa cita-cita mereka, kebanyakan ingin menjadi pilot, dokter, dan sebagainya. “Semua profesi tersebut membutuhkan kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni sehingga mereka dapat lebih mengembangkan diri,” tuturnya.

Dibandingkan dengan Cina, Indonesia lebih unggul dalam hal kemampuan berbahasa Inggris meskipun secara umum belum sampai tingkat yang cukup. Itu karena aksara Indonesia sama dengan Inggris.
Cina membutuhkan dua tahapan dalam pembelajaran, yaitu belajar aksaranya lebih dahulu, kemudian bahasanya.

“Selain itu, secara kasat mata, bisa dilihat kalau kami pergi ke Cina agak sulit berkomunikasi dalam bahasa Inggris, bahkan ketika kami tulis alamat, terkadang sopir taksi juga belum paham,” ujarnya.
Untung mengemukakan, tes yang dilakukan menunjukkan tiga negara yang dinilai paling baik dalam berbahasa Inggris, yaitu Norwegia, Swedia, dan Finlandia. “Berdasarkan tes global yang dilakukan pada negara-negara yang bahasa pengantarnya bukan bahasa Inggris, ternyata Norwegia, Swedia, dan Finlandia adalah yang terbaik pada 2012,” katanya.

Tiga negara dengan kemampuan bahasa Inggris terbawah adalah negara-negara Eropa yang tengah dilanda krisis ekonomi, yaitu Italia, Spanyol, dan Yunani.
Jadi, kata dia, bisa disimpulkan bahwa ada hubungannya antara kemampuan berbahasa Inggris dan daya saing satu bangsa. Artinya, kalau satu bangsa bisa berbahasa Inggris, mereka bisa berkomunikasi dengan bangsa lain sehingga perdagangannya tumbuh, pendidikannya tumbuh, dan teknologinya berjalan.[Oksi juniartdi/net]
Sumber : Antara 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Blog Archive