Senin, 25 Juni 2012

MAKNA HIDUP & TAMBAH USIA


OLEH : OKSI JUNIARDI
 


 


 

MAKNA HIDUP

HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.

Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.

Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam?

Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.

Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam.

Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).

Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).

Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.

Aktualisasi diri!

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.

Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Allah SWT. Amin.***

 
MAKNA BERTAMBAHNYA USIA
 


Akhirnya tiba juga masanya. Saat usia melewati arbaina sanah. Pastilah memiliki makna besar. Karena Allah abadikan dalam Al-Quran. Satu angka unik. Isyarat yang tersurat. Isyarat yang tersirat. Sangat menggugah. Misterius dan Sakral. Apa makna usia 40 tahun bagi kehidupanmu..? Sebuah pencapaian prestasi?. Sebuah gambar masa depan?. Sebuah refleksi kehidupan…? Paling tidak , sebuah perjalanan lumayan panjang, sudah melangkah sejauh ini. Tak ada yang bisa dijelaskan , hanya angka sudah menunjukkan, lebih dari 40 tahun. Apa sesungguhnya arti sebuah perjalanan?. Adalah sebuah proses kehidupan. Sebuah upaya berterusan. Menuju hidup. Menuju mati. Menuju abadi. 40 tahun lebih… jarak semakin jauh tertinggal. Tujuan makin dekat tergapai. Tujuan yang mana…? Tujuan hakiki. Sebuah fase dengan dimensi berbeda. Kembali ke awal. Kembali ke nol kilometer. Kematian. Kehidupan adalah perjalan menuju ke kematian. Kematian adalah awal kehidupan. Mungkin itu makna hikmah Abu Bakar RA, “Kejarlah kematian, kau akan dapati kehidupan…!” saat melepas tentaranya berperang.

Imam Ghozali menyebutkan, “…usia 40 adalah sebuah pertanda. Sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti…” Bagaimana dengan puber ke dua? bisa jadi ini adalah mitos, namun sudah disepakati secara aklamasi. Sebagai fase asmara kedua bagi mereka yang mencapai usia itu. Kebenarannya adalah sebuah tanya. Kebanyakkan fenomena yang ada menjadi sebuah jawaban atas mitos tadi. Bukan berasal dari sebuah riset atau penelitian yang dilakukan secara khusus dan spesifik. Tapi lebih dari sebuah potret masyarakat. Karena kenyataannya, sebuah fenomena yang lain, menjadi kebalikannya. Bahwa usia itu menjadi usia matang. Usia puncak. Dimana tingkat pencapaian menjadi optimal. Secara maknawi maupun dzohiri. Dan jika kembali mengutip pendapat Imam Ghozali, seseorang yang mencapai usia itu, tinggal kondisi yang mana yang mempengaruhinya. Kebaikankah? Atau keburukan? Tergantung posisi dia ada dimana. Jika berada dalam suasana yang kondusif untuk sebuah ketaatan, tentu saja akan memiliki nilai yang positif. Menjadi seorang yang sukses, dan sholih tanpa batas. Meski ia mengalami puber ke dua itu. Takan ada gejolak yang merusak. hanya sebuah ombak, sebuah riak yang menjadi dinamika, malah indah. atau menjadi sebuah gelombang kecil, lalu reda. Artinya, kunci itu semua tergantung kematangan pribadi. Juga kondisi ruhani, jasmani, dan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan tempat kerja. 

Ah, ini hanya sebuah renungan kecil saja. Bahwa umur dari tahun ke tahun terus berlari. Menjauh. Membawa jiwa dan raga. Bertambaha bilangan angka. Sedang disaat yang sama. Usia berlari mendekat. Mengurangi jatah hidup di dunia. Maka saat seseorang berada di tanggal kelahirannya, ia seperti berada di rest area. Sebuah kesempatan memuhasabah amalnya. Memeriksa kendaraan jiwanya. Bagaimana keadaannya. Olinya. Remnya. Bensinnya. Bannya. Dan jarak tempuh yang sudah dicapainya. Sejauh mana titik tolak sudah dilewati. Sedekat apa kota tujuan akan dimasuki. Dan rest area di km 40 perjalanan hidupmu, memiliki makna magis. Serius. Misterius.

Azan ashar mengalun
Mengantar langkah
Berjalan menghitung nafas
Dan makna sebuah perhelatan
Dalam matematika amal kehidupan

Gerimis basah
Daun-daun basah
Tanah basah
Tapi langit cerah
Mengantar ajal

Menengok kubur sendiri
Bukan hitungan angka
Pandangan kasat mata
Tapi sebuah sumur hikmah
Dalam tak tergali

Umur bertambah usia berkurang
Sebuah perjalanan jiwa
Pandangan semesta
Muhasabah yang belum selesai

Ya Allah…
Bimbing aku meniti takdir-Mu
Jalan-Mu
Cahya-Mu
Ahir tujuan
Sebuah keabadian
Sebuah kesenangan
Kesenangan yang abadi
Ya Roob
Aamin
Aamin ya Robbi…!
Subang, kala mendung, 070509
(trima kasih ya Allah
atas anugerah yang melimpah
atas nikmat yang meruah
meski syukur  begitu lemah
beri hamba kekuatan
melawan diri yang aku
jiwa yang beku

untuk terus melangkah
untuk sampai di pelataran ridho-Mu
untuk masuk ke dekapan cinta-Mu
pada-Mu ya Rabb
untuk-Mu…)







 

Blogger news

Blogroll

Blog Archive