Senin, 04 Februari 2013

10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an: Kisah nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz Al-Qur'an dan Berprestasi





Ibu Wirianingsih dan Pak Tamim adalah pasangan menikah yang kesehariannya jarang sekali di rumah mendampingi anak-anaknya yang jumlahnya sepuluh. Yang satu adalah pemimpin tertinggi salah satu organisasi Muslimah yang cabangnya meliputi 150 kota di Indonesia, sementara yang satu adalah anggota DPR-RI. Kesibukan keduanya ditambah lagi oleh kegiatan-kegiatan dakwah yang lain karena mereka berdua sama-sama aktivis dakwah. Namun demikian, di tengah kesibukan kesehariannya, mereka berdua mampu melahirkan anak-anak yang bak bintang-bintang cemerlang. Sebagian besar dari kesepuluh anaknya hafal Al-Qur'an. Lebih dari itu, anak-anak tersebut berprestasi luar biasa di dunia akademiknya.

10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an bertutur secara inspiratif kepada kita, di tengah kesibukan seperti apa pun. kita masih berkesempatan untuk m
enjadi anak-anak kita sebagai bintang. Buku ini berbagi kisah, bagaimana menularkan semangat dan mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak kita dan apa saja ikhtiar yang bisa ditempuh untuk mengantarkan putra dan putri kita menjadi hafiz Al-Qur'an, terutama ditengah budaya tontonan yang begitu gencar dan sangat vulgar.


Ke sepuluh anak Tersebut Bernama



1. Afzalurahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh 'Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8. Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10. Himmaty Muyassarah

 Ketika  mereka bisa menghafal Al-Qur'an , Prestasi anak-anak ini bukan hanya di bidang ke agamaan saja namun merambah ke dunia ilmu Pengetahuan Eksak . Ingin Tahu Lebih jelas sepak Terjang Keluarga ini , Silahkan membaca bukunya . Mudah-mudahan bermanfaat .

Riezka Rahmatiana,Inspirasi pisang ijo


Riezka Rahmatiana,Inspirasi pisang ijo
Jasmine memang berarti melati. Dalam plesetan yang dibuat perempuan Riezka Rahmatiana (23), kata ”jasmine” diubah menjadi ”JustMine” untuk mengangkat penganan tradisional pisang ijo asli Makassar ke masyarakat. Bahkan, pisang ijo ini dijadikan peluang usaha waralaba.

Mirip semerbak keharuman bunga melati, gadis kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 26 Maret 1986 ini mengawali usaha kecilnya pada saat duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Kini, kartu namanya sudah tertulis Riezka Rahmatiana sebagai Presiden Direktur ”JustMine”.
Semangat kewirausahaan, begitulah yang mengawali Riezka. Awalnya, kata Riezka, adalah kesumpekan. Banting tulang orangtuanya dalam mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan anak-anak, mendasari pikiran Riezka untuk berupaya agar dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Orang tua bekerja sejak pagi hingga larut malam. Hasil banting tulang seharian dilakukan untuk meraih gaji. Kemandirian wirausaha itulah yang secara diam-diam tumbuh dalam diri Riezka.

”Saya tidak mau menyusahkan orangtua. Berbekal modal awal Rp 13,5 juta, tahun 2007 bisnis makanan pisang ijo yang segar mulai menjadi pilihan untuk dipasarkan di Kota Bandung,” kata Riezka.

Ketika mengambil keputusan berwirausaha di sela-sela kuliahnya, anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku mendapat larangan keras dari orangtuanya. Mereka menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman.

Riezka pun menuturkan jatuh dan bangunnya mencicipi aneka pekerjaan di sela-sela kuliahnya. Mulai dari menjadi anggota jaringan pemasaran alias multi level marketing (MLM), penjual pulsa telepon seluler, hingga menjajal bekerja di sebuah kafe. Dari sebagian menyisihkan penghasilan bekerjanya selama itulah, Riezka memulai usaha pisang ijo khas Makassar.

Tanggal 16 Maret 2009 menjadi momentum perjalanan wirausahanya. Riezka memang belum pernah ke Makassar, tetapi ketekunannya mencari penganan tradisional dan kemauannya untuk belajar memproduksi pisang ijo itulah menjadi modal dasarnya. Tanya-tanya resep pun terus dilakukannya.

Pisang dipandang sebagai bahan baku yang relatif murah dan selalu mudah diperoleh di pasar. Hanya dengan dibalut adonan tepung beras yang diberi warna hijau, sajian khas ini bisa mulai dipasarkan dengan nama tren Pisang Ijo.

Dari sanalah kreativitas Riezka bermunculan. Dari sajian pisang ijo orisinal, Riezka mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi, coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu. Apalagi, kreativitasnya dilakukan dengan menambahkan serutan keju dan mesis coklat.

Penghasilan tak terbatas

Dorongan menjadi entrepreneur terjadi justru ketika Riezka membaca buku berjudul Cashflow Quadrant bahwa tidak ada karyawan yang bisa memperoleh penghasilan tak terbatas.

Benarkah hipotesis tersebut? Riezka membuktikan lewat ketekunannya. ”Kalau orang atau setidaknya orangtua saya bekerja dari pagi hingga malam, untuk pada akhirnya mencari penghasilan, saya justru sebaliknya. Kita semestinya tidak bekerja mengejar penghasilan, tetapi biarlah uang mendatangi kita,” ujar Riezka yang akhirnya mewaralabakan usahanya itu.

Dari usaha kecilnya ini, Riezka membuka peluang berinvestasi dengan sistem waralaba. Alhasil, dari satu gerai, kini ada 10 pewaralaba pisang ijo yang tersebar, terutama di kota Bandung, Jawa Barat.

Pemilihan mitra pun dilakukan selektif karena visi yang diemban adalah ”Kepuasan konsumen adalah kepuasan kami. Kesuksesan mitra adalah kesuksesan kami.” Pemilihan gerai bukan sekadar melihat berkas yang diajukan calon mitra, apalagi uang waralaba yang disiapkan mitra.

Melalui penelitian lokasi pasar, Riezka berani mengambil keputusan diterima atau tidaknya seorang mitra. Dia pun memprediksi, besarnya potensi pasar terhadap produknya di lokasi tertentu.

”Sasarannya tetaplah mahasiswa. Karena itu, lingkungan kampus menjadi target lokasi,” kata Riezka.

Bersama sahabatnya, Erwin Burhanudin, Riezka membangun sistem waralaba. Mereka pun mengaku tidak ingin gegabah memperoleh sebanyak-banyaknya pewaralaba. Kapasitas produksi tetap harus menjadi acuan usahanya.


Cepat atau lambat, Riezka yang murah senyum kini sudah mulai menuai hasil. Enam karyawannya ikut bekerja keras menunjang usaha waralabanya dengan memproduksi sekitar 500 porsi setiap harinya.

SAJIAN PISANG ORISINIL- Riezka mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi, coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu
Soal keuntungan, pokoknya sangat menggiurkan. Sebagai wirausaha muda yang berhasil masuk sebagai finalis tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri 2008, Riezka hanya berharap, setitik perjalanan hidupnya bisa memberikan napas kehidupan masyarakat sekitarnya.

 Kalau kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang diatas rata-rata ( orang yang lebih sukses ) dan "mendengarkan" nasihat mereka."























 

Kisah Sukses Anak Muda Bisnis Kebab Dalam empat tahun sudah 300 franchise di seluruh Indonesia.

Ardi, itulah nama panggilan dari pemilik franchise atau waralaba Corner Kebab. Saat ini, di seluruh Indonesia, Corner Kebab miliknya sudah mencapai 300 gerai sejak ia memulainya pada 2008.
Pria dengan nama lengkap Ardiansyah Murdiawan Saputra ini mengaku bahwa dirinya sebelum mendirikan franchise-nya, ia bekerja selama tiga bulan sebagai karyawan di Batam.
"Dulu, waktu baru lulus, saya bekerja di Batam tapi hanya tiga bulan karena sehabis itu resign," ujarnya kepada VIVAnews di Jakarta, belum lama ini.
Saat bekerja sebagai karyawan, Ardi menilai, kalau gaji yang diberikan perusahaan tempatnya bekerja sangat cukup. Ditambah lagi dengan fasilitas seperti antarjemput dan rumah yang juga disediakan oleh kantornya. "Gajinya waktu itu sekitar Rp6-7 juta," ujarnya.
Gaji tersebut, menurut dia, memang diakuinya besar untuk fresh graduate sepertinya. Namun, Ardi mengungkapkan kalau bukan persoalan gaji yang ia cari. Untuk itu, membuatnya memilih keluar dari tempatnya bekerja.
"Saya bekerja setiap harinya bertemu dengan mesin, rutinitas yang sama, dan itu tidak menantang untuk saya,” ungkapnya.
Rutinitas seperti itu, menurut Ardi, tidak membuat dirinya berkembang dan merampas hidupnya. Dengan menjadi seorang wirausahalah, menurut pria kelahiran 30 tahun yang lalu ini, ia bisa menjalani hidupnya dengan tantangan yang lebih.
"Apalagi yang saya temui setiap hari itu mesin, di situ saya merasa bosan," ingatnya sambil tertawa.
Walaupun demikian, Ardi mengatakan bahwa modal awalnya mendirikan usahanya ini berasal dari gajinya di perusahaan tersebut.
Dia menuturkan, baru memulai membuka usaha franchise ini pada 2007 dengan membuka tiga gerai pertamanya. Kini, pada September 2012, usaha Corner Kebab yang didirikannya telah mencapai 300 gerai lebih dan tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk per satu outletnya Corner Kebab milik Ardi per bulannya rata-rata mempunyai omzet Rp11 juta. Padahal, modal awal yang digunakannya untuk membuka tiga gerainya hanya Rp9 juta.

Sumber : Viva News .Com
 

Blogger news

Blogroll

Blog Archive