Peneliti dari Faith Matters
menyurvei tiap masjid yang ada di London. Hasilnya, untuk Kota London saja,
selama 2010 ada 1.400 mualaf baru. Ini belum termasuk data dari kota-kota di
seluruh Inggris Raya.
Simak pernyataan Hana Tajima (23
tahun) yang bekerja sebagai perancang busana.
“Awalnya aku memiliki beberapa
teman Muslim saat kuliah. Saat itu aneh saja. Mereka jarang keluar malam, ke
klub atau nongkrong,” katanya.
“Dan ketika aku mengambil mata
kuliah filsafat, aku mulai bingung dengan makna hidupku. Padahal saat itu aku
cukup terkenal di kampus. Aku sudah merasa cukup. Tapi aku bertanya, betulkah
ini kehidupan yang aku inginkan?” kata Tajima, panjang lebar.
"Lalu aku membaca literatur tentang Islam dan perempuan. Anehnya, ternyata mereka sangat relevan. Semakin banyak aku membaca, semakin yakin aku terhadap Islam,” katanya.
Lain lagi dengan pengalaman Denise
Horsley (26) yang bekerja sebagai guru menari. Ia kenal Islam lewat pacarnya.
“Saat itu banyak orang bertanya apakah aku menjadi mualaf karena pacaran? Aku
jawab tidak! Aku menemukan Islam. Aku tumbuh sebagai penganut Kristen,”
katanya.
Horsley kini
mengenakan jilbab. Ia mengatakan, jilbab adalah konsep penting dalam Islam.
“Kerudung ini bukan sekedar pakaian atau tren. Mengenakan jilbab justru
menyatakan kejujuran atas diri sendiri dan apa yang akan kau lakukan,” katanya.
Sebenarnya
sih, aku masih orang yang sama dengan yang sebelumnya. Cuma aku tidak
minum-minuman keras, makan babi, dan sekarang aku shalat lima kali sehari,” Menurut Horsley.
Pengalaman Dawud Beale (23) lebih unik. Sebelumnya, ia adalah pemuda rasis
yang menyepelekan Islam. “Lalu aku berlibur ke Maroko. Di situ pertama kali aku
berkenalan dengan Islam. Aku akui sebelumnya aku penganut rasis. Tapi sepekan
usai pulang dari Maroko, aku memutuskan memeluk Islam,” katanya.
Beale bermukim di Somerset. Ketika ia baru-baru menjadi mualaf, sangat sukar
menemukan masjid di Somerset, yang memang tidak ada. Ia lalu bertemu dengan
rekan-rekan dari Hizb-ut Tahrir, gerakan politik Islam. “Ternyata banyak yang
media barat katakan tentang Islam salah,” katanya
.“Aku yakin sudah menemukan jalan hidup yang tepat dalam Islam,” katanya
lagi.
Sementara Paul Martin (27) mengatakan ia menikmati gaya hidup sebagai
muslim. “Awalnya aku berkenalan dengan Islam setelah mengamati gaya hidup
teman-teman Muslim. Mereka tampak menikmati betul hidup, tidak merusak
tubuhnya. Setelah itu, aku mendalami Alquran,” katanya.
Seorang teman Martin lantas mengenalkannya ke seorang tokoh Islam yang
berprofesi sebagai dokter. Martin banyak berkonsultasi tentang Islam dengannya.
Mereka mengobrolkan Islam di kafe. “Saya mengucapkan dua kalimat syahadat saya
di kafe,” kata Martin. “Saya tahu banyak yang mengucapkan dua kalimat syahadat
di masjid, tapi bagi saya, Islam bukan sekedar tempat di mana kau percaya pada
Allah SWT. Islam adalah tempat di hatimu,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar